Ajak Fijo ke Wanadesa & Telaga Desa POTORONO
Gowes wisata Yogyakarta
ANDINUGRAHA | Dear diary, gimana nih kegiatan kalian selama #DiRumahAja ? Tetap produktif kan? Aku sendiri kangen banget sepedahan pagi bareng Fijo. Di diary kali ini aku bakal cerita soal sepedahan pagi, udah lama sih. Tapi gak apa lah. Ikutin andi yuk.
Jum'at pagi itu pemandangannya begitu indah dan cerah, setelah subuhan seperti biasa aku manjaain si Fijo. Bedanya pagi itu aku gak sendirian. Karena beberapa orang dari grup Darojah Gowes Comunity ada yang sama luang waktunya.
Semua orang yang di grup rata-rata pengusaha jadi bisanya dihari Jum'at. Weekend mungkin lebih buat kelurga, bagi yang udah berkeluarga tapi lho ya..ehehe
Oh iya, pagi itu aku ditemani mas Hendri dan Pak Edi. Meskipun bertiga setidaknya suasana gowesku gak sendiri. Dihari itu kali pertama aku bertemu secara langsung dengan pa Edi. Biasanya cuma chat di grup aja.
Sebenarnya teman-teman di grup banyak yang pengen ikut gowes juga. Tapi waktunya belum ada yang cocok, selain itu ada yang jaraknya jauh juga sih. Tapi gak apa yang jelas gowes pagi itu aku sangat senang ada temannya.
Hayo, kapan terakhir kalian gowes?
Sepulang dari masjid aku langsung mandi. Awalnya mas Hendri memintaku untuk jangan mandi. Tapi aku merasa gak nyaman kalau gak mandi, ya walaupun gowesnya bakal berkeringat tapi kalau mandi dulu rasanya badan lebih seger. Cobain deh :)
Pagi itu aku menghampiri mas Hendri di outlet bebek buma 1 tempat dia bermalam. Buma ini sebuah tempat makan yang khas dengan bumbu Madura. Kalau kalian pernah baca #DiaryKuliner disini pasti tahu.
Cukup keringetan juga untuk sampai di tempat mas Hendri menunggu. Kurang lebih aku menghabiskan waktu 15-20 menitan. Kalau lebih santai mungkin bisa aja lebih dari 30 menitan.
Setelah bertemu mas Hendri barulah kami menghampiri pa Edi di Kota Gede. Meskipun lokasi gowesnya udah di share di grup sebelumnya. Tetap aku bingung karena belum pernah kemana.
Pagi itu Pa Edi memandu untuk sampai ke tempat tujuan. Seperti judul diary andi kali ini. Aku diajak gowes ke Wanadesa & Tegala Desa Potorono.
Padahal dulunya sebelum dibangun embung, desa Potorono sering mengalami sumur kering saat musim kemarau. Nah dari situlah ada inisiatif desa Potorono untuk membangun sebuah embung yang berfungsi untuk menampung air hujan.
Selain itu, embung Potorono ini menjadi wadah rekreasi alternatif bagi pembangunan masyarakat sekitarnya lho. Keren kan!
Disaat mengeruk tanah pembuatan embung, munculah mata air yang kemudian mengisi embung dan kini sumur di Desa Potorono tidak mengalami kekeringan lagi. Kalau dari artikel yang pernah aku baca. Embung Potorono dikelola oleh Pokdarwis secara swadaya.
Terdapat juga pengurus harian yang meliputi aspek berisi ketua, sekretaris, bendahara, dan ke beberapa divisi lain seperti keamanan, usaha, sosial, publikasi, dan pemasaran.

Pengelolaan sehari-hari seperti pengelolaan pedagang sekitar dan uang parkir. Kebetulan di tempat ini juga terdapat beberapa kotak parkir yang diletakkan di sekitar embung.
Tarif parkir pun seikhlasnya dan belum ada biaya retribusi masuk ke Embung Potorono. Kurang tau juga sih kalau sekarang. Pagi itu tempatnya terlihat sepi, mungkin karena kami pagi datangnya.
Yang jelas di tempat ini terdapat banyak ikan yang menyambut kami datang. Meskipun sepi tapi tetep senang. Bener-bener suasana gowes yang berbeda. Biasanya lokasi yang paling sering aku datangi sih bagian Jogja kota. Seperti alun-alun, Malioboro, Nol KM Jogja sampai ke Tugu Jogja.
Keren gak tuh, makannya kita kalau berkunjung ke tempat wisata, terlebih seperti yang aku kunjungi ini, baiknya memang jaga kebersihan. Kalau bersih kan kita juga yang senang.

Di tempat ini juga terdapat sebuah kedai yang namanya cukup unik menurutku. Kedai Modal Rabi 77. Unik ya..hehe.. Mungkin memang dengan modal rabi kedai itu tercipta. Tapi pagi itu belum buka sih, mungkin karena kami terlalu pagi juga..ehehe

Terdapat juga perahu yang sederhana nan unik menurutku. Namun pagi itu belum dioprasikan. Mungkin juga masih pagi dan belum banyak pengunjung yang datang.

Pagi itu bener-bener masih pagi, coba deh lihat fotoku yang dibawah ini. Masih sepi banget. Setelah menyimpan sepeda, kami lanjutkan untuk jalan mengelilingi embung Potorono sambil ngobrol dan jalan kaki. Itung-itung dapat plusnya kan, sepedahan dan lari pagi. Eh, jalan-jalan pagi..ehehe..

Melihat banyaknya ikan yang menyambut kami, aku jadi teringat kolam ikan depan rumahku dulu. Sayang saat ini sudah tidak ada karena rusak. Asiknya di tempat ini selain bisa melihat ikan, kita juga bisa ngasih makan ikan lho.
Waktu itu aku ngasih daun apa gitu, dikasih pa Edi. Aku kira si ikan bakalan gak suka, eh ternyata begitu aku lempar potongan dedaunan, banyak berebut.

Di antara kami cuma aku yang berbeda sepedanya. Aku menggunakan fixie. Untung aman ban kecil si fijo melewati jalanan bebatuan. Fixie sendiri memang cocoknya buat dikota sih, jalan aspal. Kalau diajak ke jalanan bebatuan cocoknya sepeda mtb.

Sebelum pulang kami sempatkan foto selfie dulu, gak sadar dari awal datang seneng banget mainan sama ikan dan foto-foto tempat sekitar saja. Foto selfie ini kami pamerkan di grup biar yang bisa ikut sepedahan iri..ehehe..
Setelah dari embung, aku kira bakal terus pulang. Eh ternyata pa Edi mengajak kami ke suatu tempat yang cukup bagus. RTH Potorono namanya. Waktu aku lihat tempat itu bingung juga apa ya singkatan dari RTH..he
Ada yang tau singkatannya apa?
Nah ditempat ini tuh seperti taman gitu, baru aja sampai pa Edi dan mas Hendri minta foto langsung, oke siap. Kami gantian fotonya.
Di tempat ini juga terdapat sebuah gazebo lho. Bisa kita gunakan untuk istirahat atau bersantai bareng teman dan keluarga. Tempatnya juga bagus terlebih disaat pagi seperti kami mengunjunginya.
Uniknya lagi, di tempat ini terdapat papan tulisan yang mengingatkan pengunjung lho. Baca tuh baca. Asiknya memang kalau yang sudah berkeluarga sih, biar gak berpengaruh sama tulisan di papan ini..hehe
Selain itu, ternyata terdapat sebuah kandang kuda juga di tempat ini. Awalnya aku cari-cari pa Edi kemana, taunya sedang selfie di sama kuda. Kebetulan kuda-kuda disini subur-subur, memang terawat banget sih keliatannya.
Aku coba mendekat untuk foto kudanya, ada yang warna coklat dan juga putih. Melihatnya jadi teringat dulu waktu khatam Al-Qur'an ditempat ngajiku, kebetulan naik kuda gitu, dan tau gak kalian? Kuda yang aku tunggangi bersama adek tiba-tiba loncat-loncat karena perutnya terlalu kencang keiket sabuk.
Kaget juga sih, awalnya tenang banget si kuda jalannya. Lah sampai-sampai si pemilik kudanya aja gak megangin.
Kuda disini sepertinya biasa buat narik dokar. Soalnya terdapat gerobak delman di samping kuda. Kebetulan pagi itu belum keluar alias belum beroprasi. Entah kenapa kalau naik kuda suka kepikiran gak tega gitu. Kasihan ngerasanya..ehehe..
Setelah puas foto dan bermain bareng kuda. Kami lanjut pulang sekaligus cari sarapan soto. Kebetulan pagi itu pa Edi mengajak kami untuk mampir ke rumahnya, dan tau gak sih. Kami tetep makan soto memang bertiga malah sama pa Edi. Dan ternyata itu soto punya pa Edi lho ternyata.
Sini-sini, aku kasih lihat foto sotonya :D
Jangan bilang pengen lho ya..haha
Gak tau soto apa, yang jelas ini rasanya enak. Dan tentu habis satu porsi dong..ehehe..
Setelah makan soto, kami diajak ke belakang untuk melihat tanaman dan hewan peliharaannya pa Edi. Beuh banyak banget lho, ada merpati, burung yang aku gak tau namanya..hehe.. Ada juga tanaman lho. Keren memang, apalagi rajin merawatnya.
Ada kelinci juga, dulu aku sempat punya. Dan katanya daging kelinci itu enak ya? Bener gak sih, aku sendiri belum pernah merasakannya.
Begitu aku foto kedua burung ini, si burung tenang banget, seolah tau kalau mau aku foto. Warnanya bagus ya, cerah gitu. Aku sendiri belum berani kalau untuk memelihara burung seperti itu, bukan kenapa sih. Takutnya gak terawat aja. Kan kasihan!
Demikian keseruan gowes pagiku ke embung potorono. Diary kali ini cukup sampai disini ya. Tunggu diary terbaru andi berikutnya ya.